Oleh : Muhammad Falah
(Pelajar Pesantren Persis 27 Situaksan)
Saudaraku, sebuah nasehat indah dari Ibnu Atho’ rahimahullah tentang menilai sebuah pujian manusia pada diri kita, beliau berkata: “Ketahuilah bahwa manusia biasa memujimu karena itulah yang mereka lihat secara lahir darimu. Seharusnya engkau menjadikan dirimu itu cambuk dari pujian tersebut. Karena ingatlah orang yang paling bodoh itu adalah yang dirinya itu merasa yakin akan pujian manusia kepadanya padahal ia sendiri yakin akan kekurangan dirinya.” (Al-Hikam)
Al-Auza'i rahimahullah berkata:
إنّ مِن الناس مَن يُحب الثناء عليه ؛ وما يساوي عند الله جناح بعوضة
"Sesungguhnya ada diantara manusia yang suka dipuji, padahal dia disisi Allah tidaklah lebih berat dari sayap seekor nyamuk." (Hilyah)
Ibnu Ajibah berkata:
“Janganlah engkau tertipu dengan pujian orang lain yang menghampirimu. Sesungguhnya mereka yang memuji tidaklah mengetahui dirimu sendiri kecuali yang nampak saja bagi mereka. Sedangkan engkau sendiri yang mengetahui isi hatimu. Ada ulama yang mengatakan, 'Barangsiapa yang begitu girang dengan pujian manusia, syaithon pun akan merasuk dalam hatinya.'” (Iqozhul Himam Syarh Matn Al Hikam)
Oleh karenanya diantara doa yang dipanjatkan oleh sahabat Utbah bin Ghazwan radhiyallahu anhu:
أعوذُ بالله أن أكونَ في نَفْسِي عظيمًا وعند الله صَغيرًا.
"Aku berlindung kepada Allah dari sifat merasa besar dalam jiwaku dan kecil disisi Allah." (HR. Muslim)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Tidak mungkin dalam hati seseorang menyatu antara ikhlas dan mengharap pujian serta tamak pada sanjungan manusia kecuali bagaikan air dan api.” (Fawaidul Fawaid)
0 Komentar