Oleh :
Hasya Dinan Hamidah
(Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bandung)
Siapa pun pasti tahu kalau masa muda adalah fase kekuatan antara dua kelemahan. Yup, betul. Lemah pertama adalah lemah pengetahuan, fisik, pengalaman, dan banyak lagi, sebab itu usia kanak-kanak. Sementara fase lemah yang kedua, punya pengalaman tapi lemah ingatan, tenaga, fisik, dan kemampuan, ya memang alamiah masa tua.
Satu fase antara kedua lemah itu, fase muda. Tabiatnya pemuda-lah yang memiliki kekuatan. Kuat fisik, ilmu, semangat, posisi, kesempatan, keputusan, dan komitmen. Selaras dengan firman Allah SWT dalam QS. ar-Rum: 54.
ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍۢ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعْدِ ضَعْفٍۢ قُوَّةًۭ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعْدِ قُوَّةٍۢ ضَعْفًۭا وَشَيْبَةًۭ ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ ۖ وَهُوَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْقَدِيرُ ٥٤
Artinya: "Allah lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa."
Eits, tapi bukan
sekadar "Aku pemuda, kuat fisik-ruhani."
Ternyata ada lho, pemuda yang berkualitas tinggi. Karakteristik mereka di-mention sama Allah ta'ala dalam banyak ayat Qur'an. Dua di antaranya adalah teladan dari para pemuda Kahf dan Khalilullah, Ibrahim a.s.
Ingat kisah Nabi Ibrahim a.s. ketika berdialog dengan masyarakat dan raja yang memergoki berhala mereka hancur? Kisah itu bisa ditelaah oleh sobat pada QS. al-Anbiya: 59-69.
"Sebenarnya patung besar itulah yang melakukannya (menghancurkan patung-patung lain), maka tanyakanlah pada berhala itu, jika mereka dapat berbicara." (QS. al-Anbiya: 63) Tunjuk Ibrahim jawab tuduhan kaumnya.
Dengan sadar penuh mereka lantas menjawab, "..., Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara." (QS. al-Anbiya: 65).
SKAK.MAT
Kaum itu menyadari fakta bahwa berhala hanya seonggok batuan yang tak berdaya melindungi dirinya apalagi orang yang meminta padanya.
Argumen Nabi Ibrahim a.s ini tidak dapat disangkal oleh akal siapa pun, sementara argumen mereka tidak valid hanya berdasar pada "nenek moyang kami menyembah berhala."
Hebat, kan? Memberdayakan logika yang dimiliki, dialognya, kekuatan argumennya, meski saat itu beliau a.s masih 16 tahun (dalam Kitab Faidhul-Qadir). Qur'an menyebutnya fata (فتى)
Di lain sisi, para pemuda Kahf tentu tak asing bukan dengan keberanian mereka menghindar dari kekejaman zaman untuk melindungi keimanan. Kisah yang menginspirasi banyak pemuda muslim. Qur'an menyebut mereka fityah (فتية).
Baik فتى maupun فتية (bentuk jamak dari فتى), keduanya selain berani bertindak, memberdayakan anugerah alamiah masa muda, kekuatan, logika, ada satu karakteristik yang seringkali terlewat dipahami yakni ERAT dengan TAUHID. Teguh, kokoh, dan melawan kebatilan adalah sikap susulan dari karakter erat dengan tauhid ini.
So, apakah
karakter yang satu ini sudah ada pada dirimu? Ada ataupun belum, mari kita
tumbuhkan karakter teladan ini dan jaga dalam jiwa kita. Jiwa pemuda/i Muslim.
0 Komentar