Futur


Oleh :

Hizbi Dzil Arsy

(Mahasiswa Universitas Al-Azhar Mesir)


Futur adalah rasa malas seseorang untuk mengerjakan amalan kebaikan yang sebelumnya ia bersemangat atas hal itu. Futur dapat menjangkiti semua kalangan, bahkan sekelas ahli agama pun pasti merasakan futur. Berkenaan dengan fenomena futur, Ibnul Qayyim al-Jauziyah memberikan suatu nasihat:


فَخْرِجْهُ مِنْ فَرْضٍ، وَلَمْ تُدْخِلْهُ فِي مُحَرَّمٍ: رَجَا لَهُ أَنْ يَعُودَ خَيْرًا مِمَّا كَانَ.

[ابن القيتَخَلُّلُ الْفَتَرَاتِ لِلسَّالِكِينَ: أَمْرٌ لَازِمٌ لَا بُدَّ مِنْهُ. فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى مُقَارَبَةٍ وَتَسْدِيدٍ، وَلَمْ تُم ,مدارج السالكين بين منازل إياك نعبد وإياك نستعين ,3/122]

"Saat-saat futur bagi seorang yang beramal adalah hal wajar yang harus terjadi. Seseorang yang masa futurnya beramal semampunya, tidak keluar dari amal-amal fardhu, dan tidak melaksanakan sesuatu yang diharamkan oleh Allah Swt., ketika pulih ia akan berada dalam kondisi yang lebih baik dari keadaan sebelumnya ” (Madarij as-Salikin, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, 3/122).

Futur merupakan hal yang lumrah, namun bilamana kita terperdaya dengannya akan mendatangkan celaka dan penyesalan. Jauh hari Nabi saw. telah bersabda mengenai hal ini:

" قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً، وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ، فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ  إِلَى سُنَّتِي، فَقَدْ أَفْلَحَ، وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ، فَقَدْ هَلَكَ"

[أحمد بن حنبل، مسند أحمد ط الرسالة، ٣٧٦/١١]

"Bahwasanya setiap amal itu ada masa semangatnya, dan pada setiap masa semangat itu ada masa futur (bosan). Barang siapa yang ketika futur tetap berpegang kepada sunahku, maka sesungguhnya ia telah beruntung. Dan barang siapa yang ketika futur berpegang kepada selain sunahku, maka sesungguhnya ia telah tersesat.” 

(HR. Ahmad, 11/376).

DR. Nashir bin Sulaiman al-Umar dalam tulisannya yang berjudul al-Futur, al-madhahir – al-asbab – al’ilaj, beliau membagi futur menjadi tiga bagian:

1.  Futur yang menyebabkan seseorang berhenti total mengamalkan kebaikan.

2. Futur yang menyebabkan seseorang berkurang kualitas amal kebaikannya.

3. Golongan yang mengalami futur namun cepat kembali mengamalkan amalan kebaikan.

Ruh ini layaknya jasad, bilamana lelah maka akan berkurang kualitasnya. Sebaik-baik manusia adalah yang ketika futur mereka masih dalam koridor yang dibenarkan Islam, tidak meninggalkan yang wajib, tidak pula mengamalkan yang haram, dan cepat merekondisi imannya kembali.

Salah satu penyebab futur adalah terlalu bersemangat dalam suatu amalan yang membuatnya bosan terhadap amalan tersebut. Oleh karena itu, konsisten dengan amalan sedikit lebih dicintai Allah Swt. daripada amalan besar yang tidak konsisten. Ibnul Qayyim al-Jauziyah memberikan suatu nasihat:

إِنَّ أَفْضَلَ الْعِبَادَةِ الْعَمَلُ عَلَى مَرْضَاةِ الرَّبِّ فِي كُلِّ وَقْتٍ بِمَا هُوَ مُقْتَضَى ذَلِكَ الْوَقْتِ وَوَظِيفَتُهُ

[ابن القيم، مدارج السالكين بين منازل إياك نعبد وإياك نستعين، ١٠٩/١]

"Sebaik-baik amal adalah yang mendatangkan keridhaan Allah kapan pun dan di mana pun sesuai keadaan dan tugas yang dibebankan di atas pundaknya". (Madarij as-Salikin, Ibnu Qayyim" al-Jauziyah, 1/109).

Hendaknya kita memohon kepada Allah Swt. agar iman kita senantiasa diperbaharui setiap waktu.

إن الإيمان ليخلق في جوف أحدكم كما يخلق الثوب فاسألوا الله تعالى: أن يجدد الإيمان في قلوبكم

[ناصر الدين الألباني ,صحيح الجامع الصغير وزيادته [١/٣٣٠]

"Sesungguhnya iman benar-benar bisa menjadi usang di dalam tubuh seseorang dari kalian sebagaimana usangnya pakaian. Maka memohonlah kepada Allah supaya memperbarui iman di hati kalian!”. (Shahih jami', al Bani, 1/330)

Posting Komentar

0 Komentar