Oleh : Istighfari Puspa Qirana
(Pelajar Pesantren Persis 27 Situaksan Bandung)
Apa yang membuat kata-kata menjadi sekuat itu sampai-sampai ia bisa membentuk realitas? Penelitian yang telah dilakukan oleh para psikolog menemukan bahwa pikiran bawah sadar kita (subconscious mind) mengartikan apa yang didengarnya secara harfiah; apa yang didengar dari mulut sendiri, itulah yang bisa memengaruhi. Karena itu, kata-kata yang keluar dari mulut kita menciptakan realitas yang mempengaruhi bagaimana kita memilih persepsi, baik itu positif maupun negatif.
Apakah Alquran membahas tentang hal ini? Tentu. Jauh sebelum hadirnya berbagai penelitian di ranah ini, Allah telah memberi arahan kepada kita melalui Alquran tentang bagaimana seharusnya berkata-kata. Dalam konteks ini, ada 4 cara atau aturannya.
Pertama, kita diperintahkan untuk berkata benar atau qaulan sadida baik dari segi apa yang menjadi pesan dari perkataan kita maupun bagaimana tata bahasa saat kita membahasakannya.
Kedua, kita diperintahkan untuk berkata dengan efektif, tepat sasaran, dan mudah dimengerti atau qaulan baligha , sehingga berbekas pada diri orang yang mendengarnya.
Ketiga, kita diperintahkan untuk berkata dengan perkataan yang baik, pantas, santun, tidak menyindir, dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan yang disebut atau qoulan ma'rufa.
Keempat, kita diperintahkan untuk berkata dengan lemah lembut dan penuh rasa hormat atau qaulan karima, yang utamanya dilakukan jika kita berbicara dengan orang yang lebih tua.
Tentunya, untuk membiasakannya baik itu kepala diri sendiri maupun pada orang lain, apa yang harus kita lakukan? Positive thinking and positive feeling.
Mengapa kita harus berpikir positif dan berperasaan positif? Jika berpikir positif ia akan mendamai-damaikan pikirannya, ia akan menekan pikiran-pikiran negatif yang muncul di dalam dirinya sedangkan hatinya takut dan menjadi gelisah karena ada pertempuran di dalam dirinya. Akibatnya ketika ia mulai lelah menekan pikiran pikiran negatifnya maka pikiran-pikiran itu akan kembali muncul. Karena hukum fisikanya adalah segala sesuatu yang ditekan maka ia akan menekan balik. Tentunya, pikiran dan perasaan mempengaruhi apa yang kita bicarakan dan apa yang kita lakukan.
Terkadang kita sulit membaca situasi diri kita, apakah kita sedang mengikuti emosi atau suara hati. Mungkin kita merasa apa yang kita lakukan sesuai suara hati, namun sebenarnya itu karena dorongan emosi. Bayangkan jika seluruh aktivitas atau perilaku kita terdorong dan termotivasi hanya karena emosi dan persepsi, bukan karena suara hati. Jika ini banyak terjadi, orang akan lebih banyak mengikuti kepentingan dan prasangkanya saja, ketimbang suara-suara kebaikan dari dalam hati nurani.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa subconscious mind memang punya kekuatan yang sangat besar, karena ia adalah pintu gerbang kita untuk berhubungan dengan Allah. Sebagaimana Allah telah memerintahkan kita untuk mensucikan hati dan jiwa, yang dengan sendirinya mengantarkan kita pada pintu untuk berhubungan langsung dengan-Nya.
Sepenting itu berkata-kata yang benar dengan cara yang baik. Maka dari itu kata-kata berpengaruh besar dalam hidup kita, pastikan kita harus lebih sering mendengar kata-kata yang positif dibandingkan dengan yang negatif. Berhati-hatilah juga dengan apa yang kita ucapkan, karena itu mempengaruhi orang-orang di sekitar kita.
0 Komentar