Oleh : Hizbi Dzil
(Pelajar PPI 27 Situaksan Bandung)
Diantara tanda-tanda akhir zaman ialah hilangnya ilmu. Penyebab hilangnya ilmu itu sendiri dikarenakan wafatnya para ulama yang kemudian ditandai dengan banyaknya ulama yang sesat dan menyesatkan, mereka itu orang-orang yang berfatwa tidak berlandaskan Al Qur'an dan sunnah serta tidak merujuk apa-apa yang diperaktikan oleh para shabat dan Khalifah rasyidin.
Dijelaskan dalam ash-Shahiihain dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ.
‘Di antara tanda-tanda Kiamat adalah hilangnya ilmu dan tersebarnya kebodohan.’” (Shahiih al-Bukhari, kitab al-‘Ilmu bab Raf’ul ‘Ilmi wa Zhuhuurul Jahli (I/178, al-Fath), dan Shahiih Muslim, kitab al-‘Ilmi bab Raf’ul ‘Ilmi wa Qabdhahu wa Zhuhuurul Jahli wal Fitan fi Aakhiriz Zamaan (XVI/222, Syarh an-Nawawi).
Mula kesesatan terletak pada ulama yang menyampaikan ilmu, karena ulama yang kurang berkompeten dan tidak otoritatif dalam menyampaikan sebuah ilmu akan berdampak besar bagi yang menerimanya. memang apa yang diisyaratkan oleh Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam tidak sepenuhnya terjadi pada saat ini. Namun kehati-hatianpun harus dimiliki.
Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam pernah mewanti-wanti umatnya untuk berhati-hati memilih guru, karena nanti di akhir zaman akan muncul seorang tokoh agama (ulama) yang tidak otoritatif dijadikan sebagai rujukan ilmu.
Dijelaskan dalam hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّـى إِذَا لَمْ يَبْقَ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا. ‘
Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari para hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga ketika tidak tersisa lagi seorang alim, maka manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin, lalu mereka ditanya, kemudian mereka akan memberikan fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat lagi menyesatkan orang lain. (Shahiih al-Bukhari, kitab al-‘Ilmi, bab Kaifa Yuqbadhul ‘Ilmi (I/194, al-Fath), dan Shahiih Muslim, kitab al-Ilmi, bab Raf’ul ‘Ilmi wa Qabdhahu wa Zhuhuurul Jahli wal Fitan (XVI/223-224, Syarh an-Nawawi).
Cara mengidentifikasi ilmu yang bernar
1. Ilmu harus berlandaskan Al Qur'an dan Sunnah.
2. memperhatikan apa yang diperaktikan salafus-shalih dalam mempraktikan ibadah.
3. Sunnah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam dan ijma para shabat yang dilanjutkan oleh generasi selanjutnya yang dikenal dengan ahlussunah untuk membedakan dari ahlul bid'ah yang mengabaikan Sunnah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam dan ijma para shabat.
**Pintar Memilah Guru*
Diantara tanda-tanda akhir zaman ialah hilangnya ilmu. Penyebab hilangnya ilmu itu sendiri dikarenakan wafatnya para ulama yang kemudian ditandai dengan banyaknya ulama yang sesat dan menyesatkan, mereka itu orang-orang yang berfatwa tidak berlandaskan Al Qur'an dan sunnah serta tidak merujuk apa-apa yang diperaktikan oleh para shabat dan Khalifah rasyidin.
Dijelaskan dalam ash-Shahiihain dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ.
‘Di antara tanda-tanda Kiamat adalah hilangnya ilmu dan tersebarnya kebodohan.’” (Shahiih al-Bukhari, kitab al-‘Ilmu bab Raf’ul ‘Ilmi wa Zhuhuurul Jahli (I/178, al-Fath), dan Shahiih Muslim, kitab al-‘Ilmi bab Raf’ul ‘Ilmi wa Qabdhahu wa Zhuhuurul Jahli wal Fitan fi Aakhiriz Zamaan (XVI/222, Syarh an-Nawawi).
Mula kesesatan terletak pada ulama yang menyampaikan ilmu, karena ulama yang kurang berkompeten dan tidak otoritatif dalam menyampaikan sebuah ilmu akan berdampak besar bagi yang menerimanya. memang apa yang diisyaratkan oleh Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam tidak sepenuhnya terjadi pada saat ini. Namun kehati-hatianpun harus dimiliki.
Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam pernah mewanti-wanti umatnya untuk berhati-hati memilih guru, karena nanti di akhir zaman akan muncul seorang tokoh agama (ulama) yang tidak otoritatif dijadikan sebagai rujukan ilmu.
Dijelaskan dalam hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّـى إِذَا لَمْ يَبْقَ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا. ‘
Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari para hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga ketika tidak tersisa lagi seorang alim, maka manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin, lalu mereka ditanya, kemudian mereka akan memberikan fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat lagi menyesatkan orang lain. (Shahiih al-Bukhari, kitab al-‘Ilmi, bab Kaifa Yuqbadhul ‘Ilmi (I/194, al-Fath), dan Shahiih Muslim, kitab al-Ilmi, bab Raf’ul ‘Ilmi wa Qabdhahu wa Zhuhuurul Jahli wal Fitan (XVI/223-224, Syarh an-Nawawi).
Cara mengidentifikasi ilmu yang bernar
1. Ilmu harus berlandaskan Al Qur'an dan Sunnah.
2. memperhatikan apa yang diperaktikan salafus-shalih dalam mempraktikan ibadah.
3. Sunnah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam dan ijma para shabat yang dilanjutkan oleh generasi selanjutnya yang dikenal dengan ahlussunah untuk membedakan dari ahlul bid'ah yang mengabaikan Sunnah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam dan ijma para shabat.
0 Komentar