Oleh : Redho al-Faritzi
(Pelajar PPI 27 Situaksan Bandung)
Seperti yang telah diketahui, bahwa toleransi dalam Islam adalah _lakum diinukum waliyadin_ bagimu agamamu bagiku agamaku. Artinya tak perlu kita sebagai umat muslim ikut serta mengucapkan atau bahkan mengikutinya. Apalagi ini adalah Natal, yang oleh umat kristen dianggap lahirnya anak tuhan, yaitu Isa bin Maryam.
Jika kita mengucapkan 'Selamat Natal' secara tidak disadari kita juga telah mengucapkan 'Selamat Allah mempunyai anak'. Padahal dalam al-Qur'an Allah sangat murka terhadap orang yang menyatakan atau mengucapkan Allah telah mempunyai Anak.
Pertama, Allah murka dan hampir bumi belah, langit runtuh & gunung hancur karena ucapan 'Selamat Natal' (selamat Allah mempunyai Anak).
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا٨٨ لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا٨٩ تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا٩٠ أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا٩١ وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا٩٢ إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا٩٣
Dan mereka berkata: “Tuhan yang Maha Pemurah mempunyai anak”. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit runtuh karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung hancur, karena mereka menyatakan Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak. Padahal tidak layak bagi Tuhan yang Maha Pemurah mempunyai anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba (QS. Maryam [19] : 88-93).
Kedua, Allah murka sampai hampir langit pecah, karena ucapan 'Selamat Natal' (selamat Allah mempunyai Anak). Dan beruntungnya para malaikat tetap bertasbih kepada Allah.
تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْ فَوْقِهِنَّ وَالْمَلَائِكَةُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَلَا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ٥
Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya (karena kebesaran Tuhan) dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhannya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. As-Syura [42] : 5).
Ketiga, Mengucapkan ucapan seperti itu adalah suatu penghinaan kepada Allah swt.
قَالَ اللَّهُ كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَزَعَمَ أَنِّي لَا أَقْدِرُ أَنْ أُعِيدَهُ كَمَا كَانَ وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ لِي وَلَدٌ فَسُبْحَانِي أَنْ أَتَّخِذَ صَاحِبَةً أَوْ وَلَدًا
Allah menyatakan, Anak Adam telah mendustakan-Ku padahal tidak layak ia berbuat demikian. Anak Adam juga telah menghinaku, padahal tidak layak ia berbuat demikian. Adapun pendustaannya kepada-Ku adalah keyakinannya bahwasanya Aku tidak mampu menghidupkannya kembali (sesudah matinya) sebagaimana semula. Dan penghinaannya kepada-Ku adalah pernyataannya bahwa Aku punya anak. Padahal Mahasuci Aku. Aku tidak membutuhkan istri dan anak (Shahih al-Bukhari bab wa qalu-ttakhadzal-‘Llahu waladan no. 4482).
Dalam sanad lain, diriwayatkan bahwa Allah swt menyatakan:
وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ أَنْ يَقُولَ اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا وَأَنَا الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ أَلِدْ وَلَمْ أُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لِي كُفُؤًا أَحَدٌ
Sementara penghinaannya kepada-Ku adalah pernyataannya bahwa Allah punya anak. Padahal Akulah as-Shamad (tempat bergantungnya semua makhluk, bukan Allah swt yang bergantung pada anak dan istri). Aku tidak melahirkan/mempunyai anak, juga tidak dilahirkan. Tidak ada satu pun yang serupa dengan-Ku (Shahih al-Bukhari bab qauluhu Allahus-Shamad no. 4975).
Tetap berhati-hati & jangan lupa untuk terus mengawasi diri dari hal-hal yang dianggap sepele padahal itu siksanya sangat berat dan sangat hina dihadapan Allah swt.
0 Komentar