Oleh : Nabil Abdillah
(Pelajar Pesantren Persis 27 Situaksan Bandung)
1. Shaum atas dasar iman dan mengharap
ridla Allah
حَدَّثَنَا
مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ أَبِي
سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ
إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Telah menceritakan kepada kami Muslim bin
Ibrahim telah menceritakan kepada kami Hisyam telah menceritakan kepada kami
Yahya dari Abu Salamah dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang menegakkan
lailatul qadar (mengisi dengan ibadah) karena iman kepada Allah dan mengharapkan
pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya,
dan barangsiapa yang melaksanakan shaum Ramadhan karena iman kepada Allah dan
mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah
dikerjakannya".
2. Menjauhi perbuatan dusta dan sia-sia:
حَدَّثَنَا
آدَمُ بْنُ أَبِي إِيَاسٍ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ
الْمَقْبُرِيُّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ
الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ
وَشَرَابَهُ
Telah menceritakan kepada kami Adam bin Abu
Iyas telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dza'bi telah menceritakan kepada
kami Sa'id Al Maqbariy dari bapaknya dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan keji dan
berbuat keji, Allah tidak butuh orang itu meninggalkan makan dan
minumnya".
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ
الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا
يَجْهَلْ وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ
مَرَّتَيْنِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ
عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالْحَسَنَةُ
بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin
Maslamah dari Malik dari Abu Az Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah
radliallahu 'anhu; Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Shaum itu benteng, maka (orang yang melaksanakannya)
janganlah berbuat kotor (rafats) dan jangan pula berbuat bodoh. Apabila ada
orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah aku sedang
shaum (ia mengulang ucapannya dua kali). Dan demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya,
sungguh bau mulut orang yang sedang shaum lebih harum di sisi Allah Ta'ala dari
pada harumnya minyak misik, karena dia meninggalkan makanannya, minuman dan
nafsu syahwatnya karena Aku. Shaum itu untuk Aku dan Aku sendiri yang akan
membalasnya dan setiap satu kebaikan dibalas dengan sepuiluh kebaikan yang
serupa".
3. Mata, telinga dan lisan pun mesti
shaum dari perbuatan maksiat
قَالَ
جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ: إِذَا صُمْتَ فَلْيَصُمْ سَمِعُكَ وَبَصَرُكَ
وَلِسَانُكَ عَنِ الْكَذِبِ وَالْمَحَارِمِ، وَدَعْ أَذَى الْخَادِمِ، وَلْيَكُنْ
عَلَيْكَ وَقَارٌ وَسَكِينَةٌ يَوْمَ صِيَامِكَ، وَلَا تَجْعَلْ يَوْمَ فِطْرِكَ
وَصَوْمِكَ سَوَاءً
Jabir bin Abdullah berkata: “Jika kamu
berpuasa maka berpuasalah pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu dari dusta
dan hal-hal yang diharamkan dan tinggalkanlah menyakiti tetangga, dan
bersikaplah penuh dengan wibawa dan ketenangan pada hari puasamu dan janganlah
kamu jadikan hari berbukamu dan hari puasamu sama.”
0 Komentar