Salman Al-Farisi adalah
seorang sahabat Nabi SAW yang berasal dari Persia. Kisah kepahlawanannya telah
masyhur karena kecerdikannya membuat strategi jitu penggalian parit di
sekeliling kota Madinah, yaitu saat terjadinya perang Khandaq pada tahun kelima
Hijrah.
Lahir pada tahun 568 M, Salman
Al-Farisi memiliki nama lengkap Mabah bin Budzkhasyan bin Mousilan bin
Bahbudzan bin Fairuz bin Sahrk Al-Asfahani. Beliau berasal dari desa Ji di kota
Isfahan, dan ayahnya merupakan seorang bupati di daerah tersebut.
Sebelum datangnya islam,
beliau merupakan pemeluk agama Majusi dan diberikan tugas sebagai penjaga api.
Hingga pada suatu hari beliau diminta pergi mengunjungi sebidang tanah milik
ayahnya. Dalam perjalanannya menuju tempat tersebut, beliau melewati sebuah
gereja kaum Nasrani, dan merasa tertarik dengan cara sembahyang mereka. Beliau
menganggap bahwa agama Nasrani ini lebih baik dibanding apa yang dianutnya selama
ini. Namun ketika beliau menceritakan hal tersebut, ayahnya kemudian merantai
kakinya dan memenjarakannya.
Tak mempegaruhi tekadnya dalam
mencari kebenaran, beliau pergi menuju Syria, tempat dimana agama Nasrani
tersebut berasal. Beliau dipertemukan dengan seorang pendeta dan berkhidmat di
dalam gereja. Sayangnya, beliau kecewa dengan pendeta tersebut yang memerintahkan
kaumnya untuk membayar sedekah, namun ia malah menyimpan harta tersebut untuk
dirinya sendiri.
Sebelum pendeta tersebut
meninggal, Salman bertanya dan meminta wasiat siapa yang sebaiknya ia ikuti
jika pendeta tersebut telah tiada, dan beliau ditunjukkan kepada sosok
laki-laki yang tinggal di Mosul. Demikianlah pencarian agama yang dilakukannya
terus berlanjut hingga mengantarkannya ke kota Nasibin dan Amuriyah.
Dari pendeta sanalah Salman
mendapat wasiat tentang seorang Nabi yang akan diutus dengan membawa millah
Ibrahim, nabi tersebut akan hijrah ke suatu tempat yang ditumbuhi kurma dan
terletak di antara dua bidang tanah berbatu-batu hitam. Disebutkan pula
tanda-tanda yang jelas, bahwa Nabi tersebut tidak mau memakan shadaqah ,
sebaliknya bersedia menerima hadiah, dan terdapat cap kenabian di pundaknya.
Pencariannya terus berlanjut
hingga ke jazirah Arab, tepatnya di suatu negeri bernama Wadil Qura. Meski
dalam perjalanannya beliau dijadikan budak, namun hal itu tidak menjadikannya
putus asa dalam mencari sosok Nabi tersebut. Kamudian beliau dibeli oleh
seorang Yahudi dari Bani Quraidhah dan dibawa ke Madinah.
Di kota suci inilah beliau
dipertemukan dengan sosok Rasulullah SAW. Berbekal tanda-tanda yang telah
dikhabarkan kepadanya, setelah menyaksikan seluruh tanda tersebut beliau
menyatakan dirinya masuk islam dan menjadi seorang muslim yang baik.
0 Komentar