Oleh :
Abdurrahman Nasher
(Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati)
Rasa takut merupakan indikator alami yang
Allah swt. berikan bagi setiap insan di muka bumi ini. Setiap makhluk hidup -terutama
manusia- pasti memiliki rasa takut dalam benak maupun jiwanya. Rasa ini pun termasuk
diantara beberapa ibadah kalbu (‘ibadatun qalbiyyah) yang menunjukkan
suatu kepribadian manusia apakah orang tersebut dekat dengan Allah swt. atau
justru jauh dari-Nya. Lebih jelasnya lagi, Syaikh Shalih Al-Fauzan menyebutkan
bahwa rasa takut ada dua macam:
1. Khauf
al-‘Ibadah
Rasa takut ini biasanya menyelimuti kalbu
seseorang dengan cara mengkhawatirkan akan takdir gaib yang terjadi kepadanya,
seperti takut mati, takut akan seseorang, takut anaknya meninggal, takut hantu,
takut akan ramalan, dll. yang pada kemudiannya ia mengamalkan kesyirikan yang
dipercaya akan menghilangkan rasa takut tersebut. Padahal, semuanya itu berada
dibawah kendali Allah swt. Itulah beberapa hal yang mesti dijauhi karena semua
itu adalah kerjaan setan yang menakut-nakuti setiap insan. Allah swt.
berfirman,
﴿ اِنَّمَا ذٰلِكُمُ الشَّيْطٰنُ يُخَوِّفُ اَوْلِيَاۤءَهٗۖ فَلَا
تَخَافُوْهُمْ وَخَافُوْنِ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ ١٧٥ ﴾
“Sesungguhnya mereka hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan teman-teman setianya. Oleh karena itu, janganlah takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang mukmin.” (Q.S Ali-‘Imran [3]: 175)
2. Khauf
ath-Thabi’iyy
Beda dengan jenis yang pertama, jenis takut ini merupakan hal yang lazim, umum, dan dapat ditoleransi oleh syari’at. Meskipun sama-sama takut akan takdir, namun takdir yang dimaksudkan adalah takdir dalam hal yang zhahir (nampak secara fisik) dan dapat dicerna oleh akal sehingga dapat dicegah dengan tindakan preventif (pencegahan) sejak sebelum kejadian tersebut terjadi. Contohnya adalah takut akan terkaman atau serangan hewan buas, musuh, tindak kriminal yang bisa terjadi kapan dan dimana saja, dsb.
Hal inilah mengapa Allah swt. mengabadikan
kisah Nabi Musa as. yang ketakutan akan kejaran Fir’aun dan bala tentaranya
ketika ia tidak sengaja membunuh salah satu kaumnya Fir’aun.
﴿ فَخَرَجَ مِنْهَا خَاۤىِٕفًا يَّتَرَقَّبُ ۖقَالَ رَبِّ
نَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ ࣖ ٢١ ﴾
“Maka, keluarlah dia (Musa) dari kota itu dengan rasa
takut dan waspada. Dia berdoa, ‘Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari kaum yang
zalim.” (Q.S Al-Qasas [28]: 21)
Maka dari sinilah, Allah swt. mengajarkan manusia agar
berpegang teguh kepada Allah dengan cara mengetahui sebab-sebab yang akan
menjerumuskannya kepada hal yang ia takuti, begantung dan, bertawakkal kepada
Allah swt.
Wal-‘Llahu A’lam.
0 Komentar