Oleh : Hizbi Dzil
(Pelajar Pesantren Persis 27 Situaksan)
Sudah sepantasnya bagi kaum pria memiliki sifat tangguh nan perkasa. Allah SWT telah meninggikan derajat kaum pria diatas kaum wanita sebagaimana yang difirmankan
-Nya dalam Surat An-Nisa', Ayat 34
ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖ وَبِمَآ أَنفَقُواْ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡۚ
Laki-laki (suami) itu pemimpin bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya.
Pria yang tangguh itu bukan pria yang pasrah ketika menghadapi kewajiban yang harus ia selesaikan, melainkan pria yang tangguh itu adalah pria yang menyelesaikan segala kewajibannya dengan penuh tanggung jawab.
Seandainya ada seorang pria yang memiliki tanggungan/kewajiban seperti menafkahi keluarganya, sementara ia hanya menyibukkan diri dalam urusan agama tanpa menghiraukan keluarganya, maka itu bukan termasuk perbuatan mulia melainkan perbuatan buruk bahkan termasuk pendosa. Rosululloh ﷺ bersabda
كفى بالمرء إثماً أن يضيع من يعول
“Seseorang itu sudah cukup dikatakan sebagai pendosa jika ia menelantarkan orang-orang yang menjadi tanggungannya” (HR. Ahmad no.6842, dishahihkan Syu’aib Al Arnauth).
Mental tangan diatas bagi kaum pria haruslah menjadi jargon utama dalam kehidupannya. Karena tanpa mental seperti itu pria akan kehilangan martabat dalam dirinya.
Syaikh Masyhur Hasan Salman hafizhahullah ditanya, “Ada seorang pria ia mampu bekerja tapi enggan bekerja. Apa pendapat anda?”
Beliau menjawab:
Pendapatku sama dengan pendapat Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu,
أرى الشاب فيعجبني فأسأل عن عمله فيقولون لا يعمل فيسقط من عيني
“Aku melihat seorang pemuda, ia membuatku kagum. Lalu aku bertanya kepada orang-orang mengenai pekerjaannya. Mereka mengatakan bahwa ia tidak bekerja. Seketika itu pria tersebut jatuh martabatnya di mataku”.
0 Komentar