Sunnah Qiyamul-Lail; Tolok Ukur Keimanan dan Kemuliaan

 


Oleh : Rifki Azkya Ramadhan

(Alumni Santri Pesantren Persis 50 Lembang)

Ketika Allah Swt menceritakan kenikmatan orang-orang yang menempati surga, Allah pun menyebutkan indikator mereka, yaitu sangat sedikit mereka tidur di malam hari.


كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ

Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. (QS. Adz-Dzariyat: 17)


Rasulullah Saw, tidak pernah lengah dari rutinitas shalat malamnya. Di samping karena memang hukumnya khusus wajib bagi Rasul Saw, shalat malampun sarat akan keutamaan. Karena puncak dari shalat sunnah ialah Qiyamul-Lail.


أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ الْمَكْتُوبَةِ الصَّلاَةُ فِى جَوْفِ اللَّيْلِ


Shalat yang paling utama setelah shalat yang diwajibkan ialah shalat di tengah malam. (Shahih Muslim, kitab ash-shiyam bab fadhl shaum al-muharram, no. 2813)


Karena keistimewaannya, Nabi saw selalu mewanti-wanti para shahabat khususnya, dan pada umatnya umumnya, agar tidak meninggalkan shalat sunnah ini. Salah satunya, larangan Nabi Saw untuk meninggalkan Qiyamul-Lail, apabila bangun di tengah malam.


لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ , فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ


“Jangan lah kalian seperti fulan, ia bangun pada malam hari namun meninggalkan shalat malam” (Sunan Ibnu Majah bab kitab iqamati ash-shalat, no. 1331)


Dengan amalan sederhana ini, dapat menghantarkan seseorang menuju tempat terpuji. Sehingga hal itu menjadikan indikasi kemuliaan seseorang.


وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَىٰ أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا


“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudhah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-‘Isra [17]: 79)


Selain keterangan diatas, masih banyak pula keutamaan yang ada pada sunnah Qiyamul-lail. Namun ironinya kini masih banyak yang enggan atau tidak memiliki tekad kuat untuk bangun malam dan mengisinya dengan shalat. Padahal hal tersebut menjadi barometer keimanan dan kemuliaan seseorang. Rutinitas seseorang dalam Qiyamul-lail menandakan tingginya keimanan dan kemuliaan yang dimiliki. Begitu pula sebaliknya, bila tidak memiliki sedikitpun tekad atau keinginan dalam mengamalkannya, menandakan kerendahan iman dan derajatnya.


Wal-Llahu A’lam

Posting Komentar

0 Komentar