Oleh : Rifa Tiara
(Pelajar PPI 27 Situakasan Bandung)
Mesti diyakini, bahwa semua yang dimiliki adalah ketentuan terbaik dari-Nya. Sebaliknya, jika apa yang dimikili tidak pernah disyukuri sebagai yang terbaik, maka hidup akan senantiasa terasa sengsara dan tidak pernah membahagiakan.
Nabi saw menyatakan dalam hadits qudsi, bahwa Allah swt berfirman:
إِنَّ اللّٰهُ تَعَالَی يَقُوُلُ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي إِنْ خَيْرًا فَخَيْرٌ وَ إِنْ شَرًّا فَشَرٌّ
Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman: "Aku berada pada prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Jika prasangkanya baik, maka baiklah, dan jika prasangkanya jelek, maka jeleklah."
(at-Thabrani, al-Mu'jamul-Ausath no.8115. As-Silsilah as-Shahihah al-Albani no.1663)
Kebahagiaan seseorang tergantung pada prasangkanya kepada Allah swt. Jika ia senantiasa husnuz-zhan kepada Allah swt, maka baiklah hidupnya. Namun, jika ia su'ud-zhan kepada Allah swt, maka amat buruklah hidupnya.
Begitupun dalam berinteraksi terhadap sesama manusia. Jika seseorang selalu husnu-zhan , maka ia akan selalu merasa bahagia berinterakni dengan siapapun. Namun sebaliknya, jika seseorang selalu su'ud-zhan , maka ia akan merasa tersiksa ketika berinteraksi dengan siapapun.
Nabi saw telah memberikan tuntunan kepada umatnya agar mampu mengamalkan husnuz-zhan dalam setiap hal, sebagaimana dalam riwayat:
يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنِي إِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ هُمْ خَيْرٌ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ مِنِّي شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
Allah 'azza wajalla berfirman: "Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari."
(Shahih Muslim bab al-hats 'ala dzikril-'Llah no.6981)
Kuncinya ada pada dzikir dan taqarrub . Jika semua yang terjadi diawali dengan husnud-dzan , maka sejelek apapun yang dihadapi akan mampu dikemas menjadi positif.
(Sumber: Menuju Islam Kaffah, Dr. Nashruddin Syarief, M.Pd.I.)
0 Komentar