Oleh : Abdurrahman Nasher
(Pelajar Pesantren Persis 27 Situaksan Bandung)
Shalat Tahajud pada umumnya dikerjakan sebanyak 11 rakaat
dengan witir. Diperbolehkan juga shalat tahajud (tanpa witir) dengan jumlah
rakaat sebanyak 2, 4, 6, 8, atau lebih dari itu sesuai dengan keinginan. Dalam
tata cara pengerjaannya bisa dalam beberapa formasi, yaitu: dua-dua dan
empat-empat. Dalilnya sebagai berikut:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ ،
قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - : "صَلَاةُ
اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى ، فَإِذَا خَشِيَ الصُّبْحَ صَلَّى وَاحِدَةً،
فَأَوْتَرَتْ لَهُ مَا صَلَّى ".
Dari Ibnu Umar r.a ia berkata: seorang lelaki bertanya kepada
Allah SAW. dan beliau sedang ada di minbar: Apa kamu lihat pada shalat malam?
Beliau bersabda: " Shalat malam itu dua-dua, maka bila seorang diantara
kalian takut telah datang waktu shubuh, hendaknya ia shalat satu rakaat untuk
mengganjilkan shalat yang telah ia lakukan.
(Shahih Bukhari kitab ash-shalat bab al-hilaqi
wal-julusi fil-masjid no. 472 dan Shahih Muslim kitab al-masajidu wa
maadli`ush-shalah bab shalatul-laili no. 749.)
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ
بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهَا : كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فِي رَمَضَانَ ؟ فَقَالَتْ : مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُصَلِّي
أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا
تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا. قَالَتْ عَائِشَةُ
: فَقُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ ؟ فَقَالَ :
" يَا عَائِشَةُ، إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي
".
Dari Abi Salamah bin Abdurrahman, bahwasannya ia bertanya
kepada Aisyah: " "Bagaimana shalatnya Nabi SAW?" Ia menjawab:
"Tidaklah Nabi SAW menambah di bulan ramadlan dan di lainnya lebih dari 11
rakaat, ia shalat 4 rakaat, janganlah kamu bertanya tentang bagus dan
panjangnya, kemudian beliau shalat 4 rakaat, janganlah kamu bertnya tentang
bagus dan panjangnya, kemudian beliau shalat 3 rakaat." A'isyah berkata:
"Aku bertanya: 'Wahai Rasulullah, Apakah engkau tidur sebelum witir?'
Beliau menjawab: 'Wahai A'isyah, sesungguhnya mataku tidur namun hatiku
tidak."
(Shahih Bukhari kitab at-tahajjud bil-lail bab qiyaamin-nabi
bil-laili fii ramdlaan no. 1147 dan Shahih Muslim kitab al-masajidu wa
maadli`ush-shalah bab shalatul-laili no. 738.)
Meskipun didalam hadits ‘Aisyah disebutkan hanya pada Bulan
Ramadlan, hal itu tidak menjadikan formasi yang disebutkan hanya berlaku pada
bulan tersebut, namun bisa dikerjakan diluarnya. (Lihat Taudlih Al-Ahkam Min
Bulugh Al-Maram 2/410).
Untuk shalat witir, bisa dikerjakan dengan jumlah rakaat
sebanyak 1, 3, 5, 7, 9, atau lebih dari itu, berdasarkan hadits Abu Ayyub
Al-Anshariy r.a:
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ : قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " الْوِتْرُ حَقٌّ عَلَى كُلِّ
مُسْلِمٍ، فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِخَمْسٍ فَلْيَفْعَلْ، وَمَنْ أَحَبَّ
أَنْ يُوتِرَ بِثَلَاثٍ فَلْيَفْعَلْ، وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِوَاحِدَةٍ فَلْيَفْعَلْ
".
Dari Abi Ayyub Al-Anshariy r.a ia berkata: Rasulullah SAW
bersabda: "Witir itu haq bagi setiap muslim, maka barangsiapa yang ingin
berwitir 5 rakaat, kerjakanlah. Yang ingin berwitir 3 rakaat, kerjakanlah. Yang
ingin berwitir 1 rakaat, kerjakanlah."
(Sunan Abu Daud kitab ash-shalat bab tafri’u abwaabil-witr
bab kamil-witr no. 1442 dan Sunan Ibnu Majah kitab iqaamatis-shalat
was-sunnat fiiha bab maa jaa`a fil-witr bitsalats wa khamsin wa wasab’in
wa tis’in no. 1190)
Shalat witir pun dapat dikerjakan terpisah (witir dulu di
awal/tengah malam lalu tahajud di akhir malam) atau digabung (tahajud kemudian
witir setelahnya) [Lihat hadits A’isyah].
Waktu pengerjaan shalat tahajjud adalah dari ba’da isya
sampai terbitnya fajar (shubuh).
عَنْ خَارِجَةَ بْنِ حُذَافَةَ الْعَدَوِيِّ قَالَ : خَرَجَ
عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ غَدَاةٍ، فَقَالَ
: " لَقَدْ أَمَدَّكُمُ اللَّهُ بِصَلَاةٍ هِيَ خَيْرٌ لَكُمْ مِنْ حُمْرِ
النَّعَمِ ". قُلْنَا : وَمَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ :
" الْوِتْرُ فِيمَا بَيْنَ صَلَاةِ الْعِشَاءِ إِلَى طُلُوعِ الْفَجْرِ
".
Dari Kharijah bin Hudzafah Al-'Adawiy r.a bahwasannya dia
berkata: Nabi SAW keluar untuk menemui kami lalu beliau bersabda:
"Sesungguhnya Allah membantu kamu dengan shalat yang lebih baik bagimu
daripada unta merah." Kami bertanya: "Shalat apa itu wahai
Rasulullah?" Beliau menjawab: "Witir antara shalat Isya` hingga
terbitnya fajar."
(Musnad Ahmad musnad al-anshar musnad Kharijah bin
Hudzafah Al-'Adawiy no. 24009).
0 Komentar