Ibnu Syihab Az-Zuhri: Sang Pencinta Ilmu



Oleh : Rifki Azkya Ramadhan
(Pelajar PPI 27 Situaksan Bandung)

Rakus akan ilmu. Itulah sifat yang pantas disematkan kepada Ibnu Syihab az-Zuhri rahimahullah. Ibnu Syihab merupakan seorang Tabi’in yang berasal dari suku Quraisy dan lahir di Madinah pada tahun ke-50 Hijriyyah. Beliau wafat pada umurnya yang mencapai 70 tahun.

Az-Zuhri terkenal sebagai pemuda yang amat cinta terhadap ilmu. Ia merupakan seorang ahli fikih, hadits, dan sejarawan. Ilmu yang amat banyak itu didapat dengan banyaknya berguru pada ahli ilmu yang ia temui, baik dari kalangan shahabat ataupun tabi’in.

Selain hal itu, ketekunan dan semangatnya akan belajar, menjadikannya pemuda yang mulia dan terkenal dengan kecerdasannya. Ahli Fikih ini terkenal dengan kisahnya yang dapat menghafal al-Qur’an hanya dalam tempo waktu 80 malam atau 3 bulan saja. Bahkan setiap hari ia selalu berkeliling menemui majelis-majelis ilmu.

Kebiasaan yang unik dari Ibnu Syihab ini ialah kebiasaanya yang selalu membawa papan tulis dan lembaran kertas setiap mengikuti majelsi ilmu walaupun selalu ditertawai oleh teman-temannya. Hal itu ia hiraukan, dikarenakan ia tahu bahwa itu merupakan adab bagi setiap pencari ilmu, beliau mengatakan “menghadiri majelis ilmu tanpa catatan adalah suatu kehinaan”.

Di bawah usia 50 tahun, Ibnu Syihab Az-Zuhri dapat menjadi orang yang paling paham dan tahu tentang sunnah-sunnah para pendahulunya. Hal itu ia capai karena ia selalu berkeliling ke rumah-rumah para sahabat yang kala itu masih hidup dan menerima periwayatan atau menanyakan hal yang ingin ia pelajari lalu ia tulis di papan atau lembaran kertas yang biasa ia bawa. Bahkan ada yang berkata, “kalaulah tidak ada dia, niscaya telah banyak perkara sunnah yang hilang”

Itulah sekelumit kisah dari seorang pencinta ilmu. Kegigihannya dalam mencari ilmu menjadikannya seorang ulama besar yang dikenal. Latar belakang keluarga yang tidak mampu tidak menjadi penghalang dari rasa semangat dalam mencari ilmu. Sosok seperti inilah yang patut menjadi suri teladan bagi setiap para pencari ilmu.


Sumber: Syaikh Abdul Mun’im Al-Hasyimi, Kisah Para Tabi’in, (Jakarta: Ummul Qura: 2016)

Posting Komentar

0 Komentar