Pusat Kontrol Diri, Hati atau Otak?





Oleh : Istighfari Puspa Qirana
(Pelajar PPI 27 Situaksan Bandung)

Ilmu psikologi mengatakan bahwa pusat kontrol manusia itu berada di otak. Otak yang menggerakan tangan, kaki dan semua sistem organ yang ada di dalam tubuh manusia.

Adapun disebutkan pusat kontrol menurut psikologi ada di otak, karena otak memiliki sistem syaraf yang menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu, seperti beraktivitas yang pasti dilakukan oleh manusia. Adanya kontrol membuat seseorang bisa melanjutkan dirinya akan melakukan sesuatu atau menghentikan sesuatu.

Beberapa Psikolog Klinis banyak membahas tentang pre-fontal cortex yang disebutkan bahwa otak yang memegang kendali atas emosi dan perilaku manusia.

Bagaimana islam membahas hal ini?

Berbeda dengan yang dibahas di ilmu psikologi yang menyebutkan bahwa pusat kontrol diri ada di otak, islam justru menyebutkan bahwa pusat kontrol diri itu ada di hati atau jiwa. Hadits yang membahas ini salah satunya :

                                                                     ...

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

 

Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599)

Tentu tetap saja islam tidak mengabaikan peran otak. Bahkan, otak dan hati merupakan kesatuan sistem, dimana otak berfungsi dengan perantara hati, dan sebaliknya.

Makna qolbun yang memiliki dua makna yaitu hati non fisik yang dimaksud dengan gumpalan daging, dan fisik yang dimaksud fungsi anatomi otak dan hati.

Penjelasan ini tentu saja bertujuan untuk dapat memiliki kontrol diri yang baik, maka fungsikanlah hati dan otak dengan asupan-asupan yang baik. Dengan memiliki asupan yang baik, itu akan membuat seseorang memiliki pandangan yang jelas atas baik atau buruknya sesuatu.

 

Hati dan otak juga dapat diibaratkan seperti peninjau yang mampu mendeteksi kejelekan, berlebihan atas sesuatu, atau hal-hal yang tidak baik bagi diri seseorang.

 Oleh sebab itu, semoga hati dan otak senantiasa diberikan asupan-asupan yang baik, agar keseluruhan diri dan tubuh, dipastikan baik pula.

 

Sumber : Heal Yourself, Novie Octavian

 

Posting Komentar

0 Komentar