Oleh :
Azkya Bannatul Qudwah
(Pelajar Pesantren Persis 27 Situaksan Bandung)
Mimpi, berlari, dan mengejarnya sekencang yang dibisa, waktu berlalu tanpa dirasa, lelah bertambah, kemudian dipulihkan kembali oleh tumpukan harapan di dada.
Kerja keras memang tak sia sia. Tapi kita lupa, dunia itu kadang suka serius bercandanya. Sekilas seperti tak suka jalannya rencana kita, lalu dijatuhkan, digagalkan, lalu timbul senyawa yang amat pahit bernama kecewa.
Bukan,
Allah bukannya ingin melihatmu malang. Justru itu bukti sifat-Nya yang Maha Penyayang.
Santai, ambil waktumu menenangkan diri. Melihat lebih jernih, menerima segalanya, lalu merancang ulang strategi. Kamu akan sadar masalah tak pernah salah lokasi. Jika sudah, berlarilah kembali sekencang kau bisa!
Masalah biasanya hadir di sisi terlemah kita, bukan muncul seenaknya. Bagai permata yang terbentuk dari tekanan luar biasa ditambah panas sangat membara.
Masalah sejatinya adalah cara Sang Maha Kuasa memberi tempaan. Memang tak enak, memang tak nyaman, bahkan menyakitkan. Tapi yakinlah, setelah berakhirnya momen berat, ada diri yang terlahir lebih kuat.
Ternyata dari gagal kau sadar, menjadi lebih baik tak bisa diperjuangkan sendirian. Kau butuh yang menguatkan, kau butuh teladan juga seorang teman.
Kau ikuti dia yang memendar cahaya lebih baik darimu apa adanya. Besar asa kau pupuk di pundaknya, agar bisa menjadi sama. Sampai kau tahu bahwa cahaya itu ada saatnya bisa redup, lebih gelap dan terpuruk.
Terhampar dua pilihan..
Kau kecewa lalu kau tinggalkan, atau sadar, meski gelap menyelimuti, cahaya kecilmu tetap yang paling terang.
Akhirnya, belajar bukan tentang sudah tinggi atau rendah, teladan atau bukan, soleh atau salah, selama belum ajalnya, kita semua sama-sama berjuang. Karena potensi salah ada di setiap insan.Yang terpenting tak berhenti saling merangkul kepada jalan kebenaran.
Kamu berharap mencari teman yang baik agar energinya dapat banyak diserap. Nyatanya tak selalu begitu, kadang jadi terang tak selalu mengambil cahaya orang, cukup tetap bersinar meski cahayamu tak begitu terang, kian lama ia bisa menjadi berkobar.
Maka pertemanan sejati adalah pertukaran energi dalam tajuk saling menasehati, agar sama-sama jadi lebih baik lagi.
Mungkin cahayamu masih redup, tapi tahukah apa yang luar biasa saat bertekad beranjak dari yang buruk? Ialah satu semesta seakan menyambut, karena saat itu kau menggemakan suatu frekuensi yang timbul dari getaran semangat memperbaiki diri..
menggiringmu kepada mereka yang bermimpi sama, meskipun kau lihat beraneka ragam capaiannya, ada yang berlari kencang, lamban, bahkan diam. Ada yang jauh di depan, di pertengahan, juga tertinggal di belakang.
Tak mengapa, memang bukan ajang menyombongkan diri akan posisi. Tapi saling menjaga agar arah nya tak bergeser dari ridho Ilahi.
Sudah sejauh apa kamu? Sejauh apa dia? Sejauh apa mereka? Bukan, bukan itu, yang terpenting dari proses perubahan menjadi lebih baik bukan capaiannya.
Yang terpenting itu arahnya, karena walaupun kita bisa berlari kencang, jika arahnya bergeser, ia justru akan makin menjauh dari tujuan.
Tiap kita punya kemampuan berbeda dalam menempuh jalan tersebut. Jika sekarang masih lambat, tidak apa-apa, pelan-pelan tapi tetap bertahan, mungkin suatu saat kakimu makin kuat.
Tetaplah bersama, dengan begitu ada yang memastikan arahmu tak bergeser dari tujuan sebenarnya.
"Kita disatukan bukan karena capaian, tapi karena kesamaan tujuan.."¹
_____________________
¹sholahayub, Rasa untuk Jiwa, (pelukis buku) hal. 37-71
0 Komentar